19 April 2024

Berita Indonesia dan Dunia, Kabar terbaru terkini, Politik, Peristiwa, Bisnis, Bola, Teknologi dan Peristiwa

stunting

911 Balita di Bulukumba Kena Stunting, Dinkes Gelar Workshop Pencegahan

Cnndaily.net,sulsel – Isu stunting menjadi prioritas pemerintah dalam pembangunan kesehatan. Terlebih, Indonesia berada pada peringkat lima dengan jumlah balita tertinggi mengalami stunting. Khusus di Kabupaten Bulukumba, Sulsel, jumlah balita yang terkena stunting mencapai 911 orang atau 3,59 persen dari jumlah balita sebanyak 25.350 jiwa.

Atas kondisi tersebut, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bulukumba melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) menggelar Workshop Konvergensi Percepatan Pencegahan dan Penanggulangan Stunting. Kegiatan yang melibatkan berbagai stakeholder ini digelar di Gedung PKK Bulukumba, Jumat (13/12/2019).

Kadis Kesehatan Bulukumba, Wahyuni, mengharapkan melalui workshop ini tercipta kesamaan persepsi maupun gagasan dalam mengintervensi angka stunting di wilayahnya. “Semoga dapat menjadi acuan strategi penanganan stunting di Kabupaten Bulukumba,” ujar dia, Jumat (13/12/2019).

Sementara itu, Wakil Bupati Bulukumba, Tomy Satria Yulianto, yang turut hadir menyampaikan pencegahan dan penanggulangan stunting harus menjadi prioritas. Ia juga mengajak seluruh pihak terkait untuk bersinergi menekan angka stunting di wilayahnya.

baca juga :Tercatat Ada 3.805 Perempuan yang Menjadi Janda

Baca Juga :  Bekerja 10 Hari Bekerja Tanpa Istirahat Melawan Virus Corona

“Semua kepala Puskesmas mesti konsolidasi dan komitmen untuk menurunkan angka stunting, gizi buruk dan kematian ibu dan anak pada 2020. Saya kira rumah sakit juga bisa berkomitmen, rumah sakit kita bintang lima jadi pelayanan seharusnya juga bintang lima,” tegasnya.

Dengan membangun komitmen, Tomy berharap kepala puskesmas dan staf-staf punya tujuan setiap harinya dan memperbaiki dan mempertahankan pelayanan yang baik. Terpenting adalah meningkatkan softskill, bersikap ramah dalam pelayanan. Tomy berharap setelah workshop, masing-masing puskesmas melakukan pengecekan data jumlah stunting dan kasus lainnya yang berkaitan di wilayah pelayanannya.

baca juga :Nekat Ajak Anak Minum Racun Karna Ulah Suami, Ini Surat Wasiat Korban Yang Bikin Merinding

Akademikus Unhas, Prof Veni Hadju, yang menjadi narasumber, menjelaskan bahwa kasus stunting hanya dapat diselesaikan dengan penanganan lintas sektor. Pemerintah mesti mulai fokus pada daerah dengan angka stunting tinggi. Dipaparkannya pula pemicu balita terkena stunting.

“Bisa saja bermula saat petumbuhan anak masih dalam kandungan, dimana 1.000 hari pertama merupakan masa emas pertumbuhan anak,” ungkapnya.

Baca Juga :  Terjadi Kecelakaan Bus Handoyo di Tol Cipali, 12 Orang Tewas

Dalam penanggulangan stunting, Prof Veni berpendapat ada dua intervensi yang dapat dijalankan yakni spesifik dan sensitif. Intervensi spesifik dilakukan oleh Dinas Kesehatan, seperti pengobatan, dan pemenuhan gizi.

Sedangkan intervensi sensitif, lanjut Prof Veni dilakukan oleh sektor lainnya yang terkait dengan pembangunan kesehatan. Misalnya, Dinas Perumahan, PMD dan Dinas Pemberdayaan Perempuan Anak mesti bersinergi membantu pencegahan dan penanggulangan stunting.