29 Maret 2024

Berita Indonesia dan Dunia, Kabar terbaru terkini, Politik, Peristiwa, Bisnis, Bola, Teknologi dan Peristiwa

Mon Laferte

Protes Kekerasan di Chili, Musisi Mon Laferte Pamer Payudara

Cnndaily.net, Jakarta – Di dunia hiburan internasional, karpet merah tak hanya menjadi tempat untuk busana dan makeup terbaik. Namun momen tersebut juga dimanfaatkan para selebriti dunia untuk menyampaikan pernyataan atau sikap terkait isu yang sedang hangat.

Mungkin Anda masih ingat, pada ajang Golden Globes 2018 di mana para selebriti perempuan sengaja mengenakan gaun serba hitam untuk menyuarakan aksi Time’s Up movement, sebuah gerakan anti kekerasan seksual di dunia hiburan. Kemudian di tahun 2019, karpet merah Golden Globes diwarnai oleh beragam aksesori seperti pita dan pin yang juga menjadi bentuk dukungan dari gerakan yang sama.

Bentuk menyuarakan pernyataan di karpet merah ini kembali terjadi dalam acara Latin Grammy Awards 2019 di MGM Grand Garden Arena, Las Vegas pada Kamis (14/11) waktu setempat.

Baca Juga : Bamsoet Mendoakan Putri Pasangan Anak Gibran-Selvi Jadi Anak Sholehah

Penyanyi Latin, Mon Laferte, membuat pernyataan tegas soal penyiksaan, pemerkosaan, dan pembunuhan terhadap perempuan yang kerap terjadi di tempat asalnya Chili.

Baca Juga :  Motivator Tampar 8 Siswa SMK Karena Tertawa

Datang mengenakan coat panjang warna hitam dengan aksen belt, celana hitam senada, platform shoes, dan scarf hijau di leher, penampilan Mon Laferte terlihat sharp dan edgy.

Namun yang tak disangka-sangka adalah, setelah dua menit berpose di karpet merah, Mon Laferte membuka coat-nya dan memamerkan payudara tanpa bra lengkap dengan tulisan ‘En Chile torturan violan y matan’ yang dalam bahasa Inggris berarti, ‘In Chile they torture, rape and kill’ atau dalam bahasa Indonesia artinya ‘Di Chili, mereka menyiksa, memperkosa, dan membunuh.’ Tulisan hitam tersebut ia torehkan pada bagian dada layaknya sebuah tattoo. Pesan tersebut ia sampaikan untuk memprotes kebrutalan polisi yang terjadi di tanah kelahirannya.

Diketahui, sejak bulan lalu, setelah pemerintah menaikkan harga kereta bawah tanah, ribuan warga Chili telah melakukan aksi protes atas ketidaksetaraan dan menuntut layanan sosial yang lebih baik dalam sebuah aksi demonstrasi yang berujung kekerasan. Karena aksi demo tersebut, setidaknya 20 orang tewas.

Baca Juga : Indonesia Dan Malaysia Sepakati Dua Titik Batas Wilayah, Sungai Simantipal Masuk NKRI

Baca Juga :  Penyebaran Virus Mematikan Disebabkan Karena Es Arktika yang Mencair

Menurut laporan The Guardian, ada setidaknya lima orang yang ditahan oleh aparat negara karena mengikuti aksi protes. Diduga, para perempuan yang ditahan mendapatkan perlakuan tidak adil dari aparat yang berwenang. Mereka disiksa dan diperkosa tanpa pandang bulu.

Tak hanya Mon Laferte, sejumlah atlet dan musisi lainnya juga sempat melakukan protes dengan cara yang berbeda-beda. Para pemain sepak bola Chili misalnya menolak ikut bertanding dalam pertandingan persahabatan dengan Peru sebagai bentuk aksi protes.

Mon Laferte yang kemudian memenangkan penghargaan Grammy kategori album alternatif terbaik mempersembahkan awards tersebut untuk masyarakat Chili. Ia pun kemudian memposting foto aksi silence protest-nya di Instagram dengan caption, ‘My body free for a free homeland’ yang artinya ‘Tubuh saya terbuka demi mendapatkan negara yang bebas’.